Tap This All You Need Here by Affiliated Shopee

10 November 1945: Surabaya Kota Gaza-nya Indonesia


Sebuah monentum perlawanan besar yang bersejarah di kota jantungnya Jawa Timur. Peristiwa yang meninggatkan kita pada jerih payah anak bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan bangsanya. seluruh harta, darah, dan jiwanya mereka ikhlas korbankan. Namun nilai perjuangan tersebut tak sekedar sebatas mempertahankan status suatu bangsa. Ada sisi lain yang membuat membakar semangat perlawanan arek-arek suroboyo dan sekitarnya waktu itu.
Semangat yang mengelora yang datang dari kesadaran dan pangilan nurani yang terpekik pada setiap “TAKBIR” yang mereka serukan dalam setiap langkah pertempurannya. Kumandang-kumandang takbir tersebut membekas dalam rekaman sejarah, Seruan takbir mengelora dan tersohor dari “Bung Tomo”  yang ini sejarah telah mencatatnya dan kita menginggatnya.
Dengan takbir dan semangat runcing bambu kala itu merobek ultimatum dan melawan tentara sekutu bersama NICA (Netherlands-Indies Civil Administration. Dan perlawanan itu mampu ngetarkan pasukan sekutu dengan persenjataan canggih, tank baja, pesawat bomber, dan kapal senjata moderen mereka.
Kota Surabaya kala itu alangkah tak ubahnya dengan perjuangan rakyat kota Gaza pada era ini. Layaklah pertempuran yang terjadi di Kota Surabaya saat itu disanding miripkan dengan perjuangan yang terjadi di tanah Palestina, Kota Gaza.
Mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajahan sekutu mewajibkan oleh umat Islam melakukan suatu perlawanan, bukan semata-mata atas nama nasionalisme. Namun untuk keberlangsungan kehidupan umat Islam yang berdiam di negara tersebut. Tidak akan tercapai kemuliaan Islam dan kebangkitan syariatnya di dalam negeri-negeri jajahan
Dalam menghadapi kedatangan enam ribu tentara Inggris di bawah komando Brigadir Jenderal Mallaby dan tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang akan segera tiba di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Maka tercetuslah Fatwa jihad yang dirumuskan secara tertulis dalam Resolusi Jihad demi menjaga eksistensi Negara Kesatua Republik Indonesia. 
Ada tiga poin penting dalam kedua naskah Resolusi Jihad itu. Pertama,  Hukum membela negara dan melawan penjajah adalah fardlu ‘ain bagi setiap mukallaf yang berada dalam radius masafat al-safar (sekitar ±  radius 94 kilometer); Kedua, perang melawan penjajah adalah jihad fi sabilillah, dan oleh karena itu umat Islam yang mati dalam peperangan itu adalah syahid, dan ; ketiga,mereka yang mengkhianati perjuangan umat Islam dengan memecah-belah persatuan dan menjadi kaki tangan penjajah, wajib hukumnya dibunuh.
Puluhan ribu kyai dan santri segera menyambut seruan Resolusi Jihad dari KH. Hasyim Asy’ari. Mereka adalah para kiai dan santrinya dari seantero Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.  Pertempuran 10 November 1945 merupakan momen kekalahan yang tidak pernah diduga sebelumnya oleh pasukan Sekutu. Pasalnya, pengalaman tempur mereka di Perang Dunia II yang dahsyat dirasa sudah lebih dari cukup untuk bisa memenangkan pertempuran 10 November 1945. Dengan semangat jihad mempertahankan agama dan kemerdekaan bangsa Indonesia mereka memperoleh kemenangan telak melawan sekutu.


Allahu Akbar !!!  

Post a Comment for "10 November 1945: Surabaya Kota Gaza-nya Indonesia"