Tap This All You Need Here by Affiliated Shopee

Dirgahayu Bangsa Agrarisku

"...Rakyat Indonesia akan mengalami bencana, malapetaka, dalam waktu dekat kalau soal makanan rakyat tidak segera dipecahkan. Sedangkan, soal persediaan makanan rakyat ini, bagi kita adalah soal hidup atau mati" (Ir.Soekarno) 




Petani dimanapun berada. Alhamdulilah, sektor pertanian mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB nasional dg nilai mencapai 15% thn 2012. Pada tahun ini pula, neraca perdagangan sektor pertanian menunjukkan surplus 22,7 miliar USD. Namun realita ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan taraf kesejahteraan petani. 

Petani ibarat 'pahlawan pangan' bagi bangsa ini. Petani lah yg memasok sumber pangan untuk 245 juta penduduk Indonesia. Hasil dari produk pertanian juga telah memberikan kontribusi sebesar 87% bahan baku industri. Secara nasional, sektor pertanian juga penyumbang PDB sebesar 14,72% dan 43,37 miliar dolar AS. Fakta di lapangan, realitasnya petani membutuhkan regulasi yang memungkinkan banyak bantuan untuk petani.

Maret 2012, penduduk miskin di Indonesia mencapai 29,13 jt orang dan 64,7% bekerja di sektor pertanian. Padahal seperti kita ketahui bersama, peran petani sebagai penyedia pangan nasional sangat besar. Kenyataannya, mayoritas mereka adalah petani gurem, yang miliki lahan kurang dari setengah hektar, sulit akses permodalan dan informasi pasar.

Hari ini, tanggal 24 September bangsa kita merayakan 53 tahun lahirnya Undang-undang Pokok Agraria No.5/1960, yang diperingati sebagai Hari Tani Nasional. Penetapan Hari Tani ini untuk terus mengingatkan kita bahwa petani adalah salah satu soko guru bangsa ini yang kerap dilupakan. Bahkan dianggap sebelah mata oleh "mereka".

Sadar atau tidak bahwa  tersimpan potensi luar biasa bangsa ini menjadi bangsa agraris "Soko Guru Dunia". Namun realitanya bertolak belakang. Impor produk-produk pertanian masih jadi andalan. Begitu kecilnya keseriusan pemerintah untuk menangani pertanian bangsa. Pun bisa dilihat APBN tahun ini, anggaran disektor pertanian hanya 0.88% dari total keseluruhan anggaran.

Sungguh ironi, anggaran pertanian bangsa agraris ini tidak sampai 1 %. Sedangkan 64,7% penduduk miskinnya bekerja di sektor pertanian. Dalam segi kebijakan dan peraturan bidang pertanian juga masih sangat lemah. Baik itu UU, PP, Kepres, hingga keputusan setingkat Kementerian Pertanian. Semua itu ditingkat lapangan banyak yang tidak berjalan sesuai harapan. Bisa jadi, salah satu persoalan laten bangsa Indonesia dalam efektivitas sebuah peraturan. Mungkin sudah tidak terhitung lagi kebijakan yang pemerintah buat namun hasil jauh dari harapan.
"Pada tanggal 9 Juli 2013, merupakan Hari Bersejarah bagi Petani Indonesia." Dimana DPR RI telah mengetok palu pengesahan RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani menjadi UU Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang telah disah oleh tidakk bernasib sama dengan kebijakan pemerintah lainya.

Apalagi  UU P3 ini menjadi harapan bagi petani agar kehidupan mereka bisa lebih baik. UU perlindungan dan pemberdayaan petani, menjadi payung hukum melindungi dan memberdayakan petani. Dikarenakan posisi tawar petani sangat lemah. Semoga UU P3 menjadi satu harapan baru bagi petani Indonesia untuk bicara di dunia. Terutama petani berharap UU P3 ini bukan hanya manis diatas kertas, yang nantinya petani menjadi korban "PHP" pemerintah. 

Ada 2 hal yg krusial dalam UU P3 yakni asuransi dan bank pertanian. Asuransi pertanian menjadi hal yang mutlak, karena akan meminimalisir kerugian petani akibat gagal panen. Di negara2 maju seperti AS,Jepang,beberapa negara Eropa, asuransi pertanian berkembang pesat dan efektif melindungi petani. Mengapa Indonesia tidak?

Selain itu, semoga bank pertanian juga bisa terealisisasi di Indonesia. Karena bank pertanian ini bukan semata untuk mengoreksi anggaran pertanian yang minim 0.88% dari total APBN. Namun bank pertanian juga merestrukturisasi kondisi ekonomi yang timpang, sekaligus solusi memecahkan persoalan pembiayaan pertanian. Jadi sangat mengherankan jika bangsa agraris ini tidak memiliki bank pertanian, padahal 41% masyarakatnya adalah petani. Di negara maju seperti AS, Belanda, dan Prancis yang nota bene bukan negera agraris, mempunyai ada bank pertanian. Negeri tetangga malah lebih duluan beroperasi ;Malaysia dan Thailand. 


Pastinya dukungan semua kalangan untuk kembali mengembalikan kejayaan (pertanian) soko guru bangsa. Karena bangsa ini miliki semua rakyatnya, dari sambang sampai merauke kecuali Timur Leste. 

"Dirgahayu Bangsa Agrarisku"
Momentum bangsa agraris diusia emas ini, mampu menjelma padi rakyat menyerupai emas. :)

by @deki_kun

Post a Comment for "Dirgahayu Bangsa Agrarisku"