
Dari kisah tersbut juga seharusnya bisa diambil pelajaran dan keteladanan bagi para pemimpin dalam mengemban setiap amanahnya sebagai pemimpin. Karena amanah adalah bukan barang mainan yang bisa dipermainkan seenaknya. Menjauhkan diri dari unsur kepintingan pribadi dan keluarga untuk kepentingan yang lebih luas. Kisah nabi Ibrahim, nabi Ismail dan siti Hajar tersebut yang setiap tahun minimal sekali kita dengar dalam peringatan hari raya Idhul Adha seharus mampu diambil hikmah juga dalam mengobati krisis kepemimpinan bangsa ini. Dimana setiap hari kita mendengar atau melihat dimedia akan krisis kepemimpinan bangsa kita. Oleh karena itu sekiranya perlu untuk membentuk karakter kepemimpinan bangsa kita dari hikmah dan perjalanan kisah nabi Ibrahim dan Ismail yang jauh dari kepentingan keduniawian dalam menjalankan amanahnya. Sebagai bangsa yang mayoritas muslim sedunia ini selayaknya mampu melahirkan pemimimpin – pemimpin berkarakter profetik yang berjiwa besar dan berkarakter kuat yang ikhlas dan penuh kasih sayang yang ditanamkan pada diri anak bangsa sebagai generasi penerus. Seyogyanya perayaan hari besar Islam yang kedua ini tidak semata-mata hanya ritual tahunan namun jauh dari itu sebagai awareness krisis kepemiminan dan momentum pembentukan karakter kempimpinan bangsa. Agar diri penerus bangsa yaitu pemuda dan anak-anaknya bangsa memiliki berkarakter kuat, berjiwa besar, dan kesadaran sosial yang tinggi dalam mengemban tongkat kepemimpinan bangsa kedepan. Kepemipinan yang profetik akan menjadi bagian salah satu a solve problem atas krisis kepemimpinan bangsa kita.
To Youth We Trust.
by:
Deki Kunanjar, SP.
Ketua DPW FKAPMEPI JATIM
Post a Comment for " Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Sebagai Keteladanan Kepemimpinan Kedepan"