
Pemikiran HOS Tjokroaminoto dengan Karl Marx tentang sosialisme memiliki suatu perbedaan di mana Karl Mark mengatakan bahwa ‘agama itu ialah kebingungan otak, yang dibuat-buat oleh manusia akan meringankan hidup yang sukar ini … agama ini dikatakan sebagai candunya rakyat’. Sedangkan HOS Tjokroaminoto secara tegas mengatakan ‘sebagai orang yang ber-Tuhan, yakin bahwa segala sesuatu itu asalnya dari Allah oleh Allah dan kembali kepada Allah’. HOS Tjokroaminoto menambahkan bahwa bagi orang Islam tidak ada sosialisme yang lebih mulia kecuali sosialisme yang berdasarkan Islam saja (Tashadi, 1993: 115-116)
Menjalankan sosialisme dalam sesuatu masyarakat yang sama sekali belum matang derajatnya, akan berarti merusak negara dan masyarakatnya. Bukannya rakyat akan menjadi merdeka, tetapi dalam keadaan yang demikian itu niscaya segala usaha, cita-cita dan kekayaan masing-masing orang akan bertambah tertindas oleh karenanya. Dan akibatnya perikemanusiaan akan menjadi rusak adanya (Tjokroaminoto, 1963: 83)
Suatu negara yang rakyatnya terdiri dari orang-orang yang tidak beradap, tidak mempunyai keutamaan batin dan tidak mempunyai dasar dasar kesucian, tetapi penuh dengan nafsu ingin menipu, dan penuh keinginan yang kasar, baik orang kayanya, maupun orang miskinnya, maka negara yang demikian itu selama-lamanya tidak akan menjadi negara yang baik dan sempurna, walaupun diatur dengan secara sosialistis sekalipun.
Di zaman sekarang ini, kaum aristokrat (bangsawan) dan kaum kapitalis, ataupun kaum kromo dan kaum miskin (proletar) tiadalah bersiap akan membangun suatu negara sosialistis yang sebenar-benarnya. Tiap-tiap orang hanya mementingkan dirinya sendiri. Inilah lumrahnya yang sekarang menjadi semboyan hidup bagi kebanyakan orang, sedang kalau terus menerus demikian, niscaya anak cucu mereka akan bertambah-tambah mendarah daging sifat loba dan ketamakannya (Tjokroaminoto, 1963: 84-86)
Di zaman sekarang ini, kaum aristokrat (bangsawan) dan kaum kapitalis, ataupun kaum kromo dan kaum miskin (proletar) tiadalah bersiap akan membangun suatu negara sosialistis yang sebenar-benarnya. Tiap-tiap orang hanya mementingkan dirinya sendiri. Inilah lumrahnya yang sekarang menjadi semboyan hidup bagi kebanyakan orang, sedang kalau terus menerus demikian, niscaya anak cucu mereka akan bertambah-tambah mendarah daging sifat loba dan ketamakannya (Tjokroaminoto, 1963: 84-86)
Sosialisme akan dapat berkuasa memerintah segenap dunia, apabila pergerakan Pan Islamisme dapat menyampaikan maksudnya. Saat yang demikian itu datang, apabila Islam dapat memulihkan kembali kekuatan dan kekuasaannya yang pernah dimilikinya pada zaman dahulu itu. Sosialisme yang sejati memerlukan budi pekerti yang utama dan membutuhkan pula adanya ikatan persatuan lahir batin yang kokoh, bagaikan mata rantai besi yang menghubungkan dan mempersatukan segenap rakyat yang tidak bisa terdapat di mana-mana pun juga ikatan yang kokoh kuat semacam itu, melainkan hanya bisa terdapat dalam Islam belaka (Tjokroaminoto, 1963: 87)
Post a Comment for "Dialetika Sosialisme Islam: Pemikiran HOS Tjokroaminoto"