
Sesesungguhnya toleransi
merupakan salah satu diantara sekian ajaran inti dari Islam. Toleransi
sejajar dengan ajaran fundamental yang lain, seperti kasih sayang (rahmah)
kebijaksanaan (hikmah), kemaslahatan universal (al-Maslahah al-ammah), dan
keadilan .
Menjadi toleran adalah membiarkan
atau membolehkan orang lain menjadi diri mereka sendiri, menghargai orang lain,
dengan menghargai asal-usul dan latar belakang mereka. Toleransi mengundang
dialog untuk mengkomunikasikan adanya saling pengakuan.
Setiap orang harus melewati tahapan toleransi. Tahapan ini meliputi toleransi
logika dan emosional.
Hakikat toleransi pada intinya
adalah usaha kebaikan, khususnya pada kemajemukan agama yang memiliki tujuan
luhur yaitu tercapainya kerukunan, baik intern agama maupun antar agama. Mengakui
eksistensi suatu agama bukanlah berarti mengakui kebenaran ajaran agama
tersebut. Kaisar Heraklius dari Bizantium dan al-Mukaukis penguasa Kristen
Koptik dari Mesir mengakui kerasulan Nabi Muhammad saw, namun pengakuan itu
tidak lantas menjadikan mereka muslim.
Seorang ahli tafsir klasik terkemuka
mengatakan, “Din atau agama hanyalah satu, sementara syariat berbeda-beda.
al-Syahrastani teolog Islam dan ahli terkemuka dalam perbandingan agama dalam
Husein Muhammad menyampaikan pendapatnya, bahwa agama adalah ketaatan
(al-Jaza), dan penghitungan pada hari akhir. Menurutnya, al-Mutadayyin (orang
yang beragama) adalah orang Islam yang taat, yang mengakui adanya balasan dan
perhitungan amal pada hari akhirat.
Toleransi
Dalam Islam
Toleransi
mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan.
. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat
13:
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”
Toleransi antar umat beragama yang
berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system
teologi Islam. Karena Allah telah mengingatkan kita dalam firman-Nya akan keragaman
manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat,
dsb. Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita
akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan
tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan
agama masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan
keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga
dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela
tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam
bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama
Islam itu lahir.
Post a Comment for "Toleransi dalam Islam bukanlah “Barang Baru”"