Tap This All You Need Here by Affiliated Shopee

Petruk Dadi Ratu, Kawulo Dadi Semare


Dipertengahan tahun 2014 ini, kisah Petruk Dadi Ratu sedang menjadi perbincangan hangat sejumlah masyarakat Indonesia. Mengangkat tentang tokoh Petruk yang jadi lakonya. Cerita pewayangan punakawan yang sudah ratusan tahun yang lampau dibuatnya, kini jadi buah bibir kembali. Mengindentikan dengan fenomena pergantian kepemimpinan bangsa yang disangkut pautkan dengan cerita tersebut. Saat  Petruk menjadi seorang Raja di sebuah kerajaan yang mengegerkan sejagat.
Sebelum lanjut, sekilas mengenal tokoh Petruk adalah tokoh punakawan dalam pewayangan jawa. Tokoh Pertruk dan ketiga tokoh punawakan lainya (Semar-Gareng-Bagong) tidak terdapat dalam cerita kitab Mahabarata.  Tokoh tersebut terlahir saat kedaan dan kondisi tatanan masyarakat Jawa di akhir abad 15 sedang dalam masa transisi.  Saat itu agama Hindu adalah keyakinan yang utama di dalam masyarakat Jawa. Islam mulai menyebar di beberapa daerah pesisir pulau Jawa.  Saat itu Agama Islam bak seorang puteri yang sedang dalam usia kandungan menjelang melahirkan. Perlu banyak usaha serta upaya yang gigih dan tatag untuk dapat  melahirkan bayi dengan mulus tanpa kehilangan sang Ibu dan si Jabang Bayi. Salah satunya melalui pertunjukan wayang, yang dilakukan oleh seorang sunan Kalijaga memasukan konsep  dakwah punakawan di setiap pertunjukan guna menarik minat serta mewartakan tentang Islam. Serta melengkapinnya dengan akal, akhlak dan adab Islam melalui sosok Punakawan (Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong.)
Lanjut, Lakon Pertruk Dadi Ratu (Petruk Menjadi Raja) itu merupakan salah satu cerita wayang carangan atau karangan pujangga Islam dan tidak ada dalam cerita Mahabarata. Banyak yang mengartikan lakon Petruk Dadi Ratu sebagai sebuah simbol ketidak becusan seorang pemimpin, atau seorang yang tidak layak menjadi pemimpin dijadikan pemimpin wal hasil adalah kekacauan.  Meski sebenarnya hal itu tidaklah tepat. Lantas apa yang mendasari keluarnya lakon Pertuk Dadi Ratu?, jawabanya adalah kekacauan dan ketidakseimbanga. Segalanya berjalan sudah tidak pada fitrahnya, sudah tidak pada tempatnya. Apa yang terjadi jika kambing suka makan daging? Yang terjadi adalah kambing menjadi buas. Apa yang terjadi ketika harimau memakan rumput? Yang terjadi adalah harimau menjadi pengecut.

Ringkas kisah Petruk Dadi Ratu.
Diceritakan Lakon “Petruk Dadi Ratu” ini, berawal dari pertempuran dua raja yang begitu sengitnya. Keduanya sama-sama sakti, sama-sama gagah perwira dan pilih tanding sehingga keduanya tak ada yang kalah dan tak ada yang menang. Keduanya bertempur karena memperebutkan pusaka Jimat Kalimusodo yang teramat sakti. 
Suatu ketika pusaka Jimat Kalimusodo tersebut hinggap pada diri Petruk.  Dengan pusaka Jimat Kalimusodo ditangannya yang kemudian mengamalkannya, maka jadilah Petruk seorang yang sakti mandraguna, gagah perkasa, tanpa tanding. Dengan kesaktiannya yang teramat sakti itu Petruk menjadi jumawa, angkuh, dan sombong.
Singkat cerita Petruk menjelma menjadi Prabu Kanthong Bolong, Petruk melabrak semua tatanan yang sudah terlanjur menjadi “main stream”. Dia menjungkirbalikan anggapan umum, bahwa penguasa boleh bertindak semaunya, bahwa raja punya hak penuh untuk berlaku adil ataupun tidak. Bertindak semaunya terhadap rakyat dan kerajaanya.
Tentu saja, ulah Prabu Kanthong Bolong membuat resah raja-raja lain. Bahkan Kawah Candradimuka mendidih perlambang ada yang membahayakan pemerintahan kerajaan-kerajaan.
Keadaan semakin semrawut. Sampai akhirnya lurah Semar Bodronoyo turun tangan mengendalikan situasi.
Ngger, Petruk anakku”, Semar berujar pelan, suaranya serak dan berat seperti biasanya.
“Jangan kau kira aku tidak mengenalimu, ngger!”
“Apa yang sudah kau lakukan, thole? Apa yang kau inginkan? Apakah kamu merasa hina menjadi kawulo alit (rakyat kecil)? Apakah kamu merasa lebih mulia bila menjadi raja?
“ Sadarlah ngger, jadilah dirimu sendiri”
Prabu Kanthong Bolong yang gagah dan tampan berubah seketika menjadi Petruk. Berlutut dihadapan Semar dan tersadarlah Petruk. Ujarnya.
"Maka seharusnya penguasa itu menghargai kawula. Penguasa itu harus berkorban demi kawula, tidak malah ngrayah uripe kawula (menjarah hidup rakyat). Kwasa iku kudu ana lelabuhane (kuasa itu harus mau berkorban). Kuasa itu bahkan hanyalah sarana buat lelabuhan, kendati ia masih berkuasa, ia tidak akan di-petung (dianggap) oleh rakyat. Raja itu bukan raja lagi , kalau sudah ditinggal kawula. Siapa yang dapat memangkunya, agar ia bisa menduduki tahta, kalau bukan rakyat? Raja yang tidak dipangku rakyat adalah raja yang koncatan (ditinggalkan) wahyu,"
        Dan Episode “Petruk Dadi Ratu” pun berakhir.
       Kemudian, jika ada yang mengaitkan kisah “Petruk Dadi Ratu” dengan kondisi Indonesia kekiniian saat ini, Maka akan ada sosok Petruk yang menjadi penguasa tertinggi dalam kanca pemerintahan bangsa dan menjadi sumber semakin carut marutnya suatu kedaan bangsa. Jika hal itu yang terjadi, kemudian siapa yang lantas akan menjadi sosok Semar yang mampu mengembalikan kedaan dan menyadarkan Petruk? Semoga kisah itu hanya sebatas ada dalam cerita pewayangan punakawan belaka.
    Tentunya, kita semua mengharapkan yang terbaik bagi keberlanjutan kepemimpinan dan masa depan bangsa kita. Dengan munculnya sosok pemimpin yang adil dan bijaksana dalam mengambil sikap, yang menentukan nasib rakyat dan bangsanya.
    Jika muncul sosok penguasa seperti sosok Petruk dalam kisah “Petruk Dadi Ratu” yang berlaku seenaknya sendiri terhadap rakyat dan bangsanya dengan segala keangkuhan serta keserahkanya. Maka kita sebagai rakyat (kawulo) yang akan menjadi Semar-nya. Kita harus siap mengingatkan dan meluruskan jika sosok pemimpin bangsa ada yang menyimpang, berbuat salah dan semuanya sendiri. Kita harus turut menjadi Semar yang mengawal suatu pemerintahan untuk mencapai suatu pemerintahan yang aman, tentram, adil, makmur, dan sentosa mengayomi rakyat dan seluruh tanah air bangsanya.  

*Dikutip dari berbagai sumber.


1 comment for "Petruk Dadi Ratu, Kawulo Dadi Semare"

  1. inilah yg diajarkan oleh Leluhur tentang kesempurnaan Hidup

    ReplyDelete