
Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah. Ramadhan berasal dari akar kata ra ma dha, yang berarti panas yang menyengat. Bulan kesembilan ini selalu jatuh pada musim panas yang sangat menyengat. Orang lebih memahami ‘panas’nya Ramadhan secara metaphoric(kiasan). Karena di hari-hari Ramadhan orang berpuasa, tenggorokan terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan ibadah-ibadahRamadhan maka dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan seusai Ramadhan orang yang berpuasa kembali “fitri” suci.Karena kekhususan bulan Ramadhan ini bagi pemeluk agama islam tergambar pada Al-qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 185:
Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barang siapa di bulan itu, maka berpuasalah...
Sepanjang bulan Ramadhan yang penuh berkah dengan istilanya pahala yang berlipat-lipat akan diberikan setiap melakukan kebaiakan dan ibadah. Pada bulan ramadhan memiliki pengaruh besar dimasyarakat indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam. Sehingga di Indonesia setiap bulan Ramadhan tiba begitu terasah. Dari pengaruh kultural horinsontal sosial dan pengaruh vertikal religus untuk menigkatkan ibadah kepada Allah SWT khususnya pada masyarakat Indonesia kental saat bulan Ramadhan.
Pertama, tentang kegiatan kultural pada bulan Ramadhan yang tidak kita temukan di luar bulan lainya. Seperti ngabuburit yang menhabiskan waktu sore untuk menunggu waktu buka, mudik pulang kampung untuk bersilaturahmi sanak keluarga di daerah asal masing-masing, tadarus menghidupkan malam Ramadhan dan kegiatan lain sebagainya yang menjadi budaya masyarakat Indonesia pada bulan suci Ramadhan.
Namun juga masih sering ada bentuk kegiatan yang tidak baik yang masih berlangsung dari tahun ke tahun, yang demikian itu sepertinya telah menjadi budaya masyarakat Indonesia. Semisal, meghabiskan uang dengan bermain petasan yang banyak mudhorotnya masih tetap ada pada bulan suci ramadhan, ngabuburit bukan untuk ibadah melainkan have fun, semakin Ramadhan akan selesai makin rame pasar dan masjid semakin sepi, dan lain sebaiknya. Kegiatan yang kurang memiliki pengaruh positif di bulan ramadhan ini setiap tahunya malah lebih diminati oleh masyarakat. Bukan dengan kegiatan yang positif menambah amal ibadah dibulan ramadhan, dan ini sangat sedikit peminatnya. Sebuah fenomena kultural di masyarakat pada bulan yang penuh berkah.
Kedua, kegiatan yang memiliki pengaruh positif yang vertikal religus untuk menigkatkan ibadah kepada Allah SWT. Pengaruh bulan Ramadhan di kehidupan masyarakat untuk beramal ibadah pada bulan yang penuh berakah juga meningkat, jumlah bacaan alqur’an meningkat, berlomba-lomba dalam shadaqah, shalat berjama’ah dimasjid meningkat, dan lain sebagainya.
Ketiga, Selain dari sisi religius, bulan Ramadhan juga mampu menumbuhkan humanity dalam kehidupan masyarakat. Dilihat dari nilai infaq, shadaqah, zakat, memberi makan buka, menyantuni anak yatim dan saling berbagi sangat dianjurkan bagi umat islam ketika bulan yang penuh berkah. Maka selama sebulan tersebut merupakan bulan training bagi umat untuk bisa meningkatkan nilai regiligy dan humanity bagi setiap individunya. Sehingga terbentuknya kehidupan masyarakat yang menunjung tinggi nilai-nilai religius dan kepekaan sosial yang tinggi setelah bulan Ramadhan.
Sayang pada realitanya kehidupan masyarakat selama bulan Ramadhan tidak begitu banyak membekas pasca Ramadhan, bahkan sama saja dengan kehidupan masyarakat di bulan lainya. Adanya kesenjangan terebut atau tidak membekasnya dikehidupan masyarakat bisa jadi disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain; tidak adanya keistiqomahan dalam beramal ibadah, merasa bahwa diluar bulan ramadhan bulan bebas, dan tidak diperolehnya kemenangan bulan Ramadhan. Jadi pengaruh keberkahan bulan ramadhan tidak dirasakan berkelanjutan.
Dimana bulan Ramadhan bisa dikatakan bulan latihan yang seharusnya orang yang sudah berlatih akan bisa lebih baik untuk kedepanya. Sisi religius yang ada di bulan Ramadhan terkikis di luar bulan Ramadhan. walaupun masyarakat indonesia mayoritas islam, nilai-nilai islam tidak nampak pada keseharianya. Apalagi sekarang timbah dengan peran dari media-media yang membenci islam yang menjadikan pemuda islam malu menjadi muslim. Juga adanya para aktivis sekuler, liberal, dan plurarisme yang proaktif melakukan ghozul fikr terhadap masyarakat.
Masyarakat Indonesia yang dari sebuah penelitian menunjukan bahwa masyarakatnya memiliki nilai riligius yang kuat dalam kehidupan mereka. Disayangkan nilai religuis tersebut masih kecil yang tertanam sesuai nilai islam apa yang ada dalam Al-Qur’an dan As-sunah. Hal tersebut yang menjadi problema antara muslim yang kultural dengan yang struktural dalam mempelajari islam. Dengan keberkahan bulan ramadhan masih membuat nilai-nilai keislaman terasa dalam masyarakat. Sehingga masih ada pengaruh bulan Ramadhan pada masyarakat Indonesia pada umumnya tidak hanya sebatas menambah amalan ibadah. Namun juga memberikan pengaruh perbaikan masyarakat Indonesia dan masa depan bangsa menjadi bangsa yang bermartabat.
by: Deki Kunanjar
Post a Comment for "Ramadhan Masyarakat Indonesia"