Tap This All You Need Here by Affiliated Shopee

Beras Polish: Inovasi Bekatul sebagai "Beras Tiruan"


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Ketahanan pangan dalam pengertian pemenuhan kebutuhan pangan, diusahakan agar pangan selalu tersedia setiap saat dan terjangkau harganya oleh masyarakat. Pada beberapa tahun terakhir, ketahanan pangan merosot drastis akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan dan beberapa penyebab lain diantaranya semakin besarnya jumlah penduduk, bencana alam, keterbatasan lahan produktif dan pola konsumsi pangan/budaya makan masyarakat. Saat ini diperkirakan sekitar 50 persen penduduk indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah kekurangan gizi. Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya partisipasi sekolah, rendahnya pendidikan, serta lambatnya pertumbuhan ekonomi (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010). Maka perlu usaha untuk menyediakan bahan pangan pokok yang menjadi menu makan sehari-hari masryarakat berupa beras yang memiliki nilai gizi yang tinggi.
Dari data yang diperoleh bahwa selama ini masyarakat Indonesia memiliki pandangan makan harus nasi dari beras padi, terutama beras padi yang putih dan bersih dari bekatul yang memperburuk penampilan beras. Padahal bekatul memiliki nilai gizi yang sangat baik, kaya akan vitamin B, vitamin E, asam lemak esensial, serat pangan, protein, oryzanol, dan asam ferulat. Kandungan gizi dan karakteristik fungsional yang dimiliki bekatul merupakan potensi untuk pemanfaatan sebagai pangan fungsional dalam upaya menangulangi masalah kekurangan gizi. Diketahui bahwa, produksi gabah kering giling (GKG) nasional di tahun 2010 adalah sebesar 65,98 juta ton. Setiap proses penggilingan GKG berpotensi menghasilkan bekatul sekitar 10 persen, maka diperkirakan potensi bekatul yang dapat dimanfaatkan pada tahun 2010 adalah sekitar 6,6 juta ton (BPS, 2011). Meskipun bekatul ketersedianya melimpah di Indonesia, namun pemanfaatannya untuk konsumsi manusia masih terbatas. Hingga saat ini pemanfaatannya terbatas sebagai pakan ternak. Oleh karena itu, pemikiran terhadap kemungkinan penyediaan “beras tiruan” (beras buatan) dari bekatul dapat dianggap realistis dengan syarat secara teknis dan ekonomi dapat dilakukan walaupun dari segi rasa dan estetika masih perlu dikaji lebih lanjut.
Produk berbentuk butiran telah dikenal masyarakat, seperti sagu mutiara dan sebagainya. Produk beras tiruan ini diharapkan berbentuk seperti beras yang dibuat dari bekatul dengan penambahan tepung tapioka sebagai pengikat bekatul. Selain sebagai pengikat, tepung tapioka juga memiliki nilai kabohidrat yang cukup tinggi dan mudah dalam pengadaanya.
Dari uraian di atas dapat diprediksi bahwa bekatul padi mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai pangan fungsional. Potensi tersebut berkorelasi positif dengan beras padi sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia. Dalam pemanfaatan bekatul, perlu diolah menjadi beras tiruan sebagai pangan fungsional untuk menciptakan beras polish. Beras polish merupakan nama beras tiruan yang diambil dari kata beras dan polish. Yang mana polish merupakan nama bekatul dalam bahasa Inggris.
Dalam pembuatan beras polish perlu merubah sifat fisik powder bekatul  menjadi bentuk butiran-butiran dan tidak begitu lengket. Jika beras tiruan dari bekatul dapat dipasarkan, maka berpontensi membantu dalam mengatasi kekurangan gizi masyarakat, serta masyarakat memiliki pilihan dalam mengkonsumsi beras tergantung kepada selerah dan kemampuan masyarakat untuk membeli beras. Bekatul padi sebagai hasil samping penggilingan padi bersifat limbah yang bernilai ekonomi rendah.  Berdasarkan hal tersebut, beras tiruan dari bekatul bisa sebagai beras tiruan yang harganya relatif murah dan merupakan salah satu pilihan untuk menyukseskan usaha diversifikasi pangan.

Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui potensi bekatul sebagai pangan fungsional dalam beras tiruan
2.      Untuk mengetahui desain pembuatan beras polish yang menggunakan bekatul yang berpotensi sebagai pangan fungsional berupa beras tiruan

Manfaat Penulisan
1.      Sebagai solusi atas permasalahan kekurangan gizi.
2.      Sebagai referensi mengenai  pangan fungsional berbahan baku bekatul.
3.      Sebagai inovasi terbaru panganan pokok untuk   meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.





Post a Comment for "Beras Polish: Inovasi Bekatul sebagai "Beras Tiruan""